...
9 Penyebab Kegagalan Konstruksi, Ini Penjelasannya!
9 Penyebab Kegagalan Konstruksi, Ini Penjelasannya!

9 Penyebab Kegagalan Konstruksi, Ini Penjelasannya!

Industri konstruksi adalah industri yang memiliki ciri khas unik, tidak terstruktur, melibatkan banyak pihak dengan tujuan yang berbeda, dan memiliki risiko yang tinggi karena dilakukan di luar ruangan. Dengan segala kerumitannya, setiap tahap dalam proses tersebut memiliki potensi risiko yang dapat mengakibatkan kegagalan, seperti kegagalan konstruksi misalnya. -MegaBaja.co.id

Kegagalan konstruksi secara umum dapat diartikan sebagai kegagalan fisik suatu bangunan atau insfratruktur. Akan tetapi, jika diperhatikan lebih jauh, kegagalan konstruksi ternyata tidak hanya soal fisik bangunan. Tapi juga dapat dilihat dari seberapa baik konstruksi tersebut berfungsi dan bagaimana manfaatnya bagi lingkungan sekitar.

Gagalnya konstruksi seringkali berkaitan dengan pelanggaran standar kualitas dan spesifikasi yang seharusnya dipatuhi selama proses konstruksi. Bangunan bisa gagal karena banyak faktor, termasuk faktor teknis dan non-teknis.

Faktor teknis muncul karena ketidaksesuaian spesifikasi, manfaat, fungsi, atau kesepakatan yang sudah dibuat dalam kontrak. Hal itu bisa jadi dari pengguna jasa, konsultan, sampai pelaksana konstruksi. Sementara faktor non-teknis lebih mengacu pada kesalahan yang dilakukan oleh orang-orang yang terlibat dalam proyek konstruksi.

Standar Konstruksi Bangunan Dikatakan Berhasil

Sebelum membahas apa penyebab kegagalan konstruksi, mari kita lihat dulu standar keberhasilan suatu konstruksi itu seperti apa.

Kegagalan berarti sesuatu yang tidak melebih standar yang ditetapkan. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi kegagalan, diperlukan standar keberhasilan. Keberhasilan suatu proyek konstruksi dapat dinilai dari empat aspek, yaitu:

  • Waktu pelaksanaan pekerjaan. Ini berarti proyek konstruksi bisa diselesaikan dengan cepat dan sesui waktu yang ditentukan.
  • Kualitas hasil kerja. Menunjukkan bahwa bangunan yang dibuat memiliki kualitas tinggi, dengan struktur kuat dan tahan lama sesuai rencana masa pakainya.
  • Biaya pelaksanaan. Mencerminkan pengeluaran yang efisien dan sesuai dengan anggaran yang ditetapkan sebelumnya.
  • Keselamatan kerja. Artinya tidak terjadi kecelakaan kerja, atau disebut juga dengan konsep zero accident.

Penyebab Kegagalan Konstruksi Bangunan

Terdapat banyak sekali alasan kenapa konstruksi bisa mengalami kegagalan, ini bisa berasal dari luar (eksternal) atau dari dalam (internal). Adapun faktor penting yang berpengaruh dan menjadi tolak ukur kegagalan konstruksi akan dijelaskan di bawah ini.

1. Kesalahan dalam Proses Studi Kelayakan

Kesalahan dalam tahap studi kelayakan berdampak luas, tidak hanya secara fisik tetapi juga non fisik. Dalam proses analisis studi kelayakan, penting untuk memperhatikan semua aspek yang akan berpengaruh pada tahapan konstruksi maupun setelahnya. Seperti penggunaan, perawatan, sosial, ekonomi, lingkungan, dan peraturan yang berlaku.

Jika tahap ini tidak diperhatikan dengan baik, terutama pada proyek berskala besar, maka dapat menyebabkan dampak yang signifikan. Tentu ini akan menjadi salah satu faktor penyebab kegagalan konstruksi di masa depan.

2. Kesalahan dalam Perencanaan dan Perancangan

Kesalahan dalam Perencanaan dan Perancangan
Kesalahan dalam Perencanaan dan Perancangan

Salah satu adalah aspek penting yang harus diperhatikan dengan seksama di antaranya adalah perencanaan dan perancangan. Perencanaan yang kurang matang dan tidak akurat dapat mengakibatkan kerusakan dan kegagalan pada struktur konstruksi. Perencanaan mencakup berbagai aspek, seperti desain fisik dan keamanan, alokasi anggaran, standar mutu, waktu pelaksanaan, manfaat yang diharapkan, fungsi yang diinginkan, dan faktor pendukung terhadap produk konstruksi yang hendak dihasilkan.

Apabila rencana tidak sejalan dengan pedoman yang ditetapkan dan terdapat kesalahan dalam perhitungan walau sekecil apapun itu, dampak yang timbul akan sangat merugikan. Hal ini tidak hanya berdampak pada penghuni atau pemiliknya saja, melainkan juga bagi pekerja dan penduduk di sekitarnya.

Oleh karena itu, tahap perencanaan dan perancangan harus dilakukan dengan cermat dan teliti guna menjamin keselamatan dan keberhasilan bangunan yang akan dibangun.

3. Kesalahan dalam Pelaksanaan

Tahap ini merupakan tindak lanjut dari proses perencanaan konstruksi. Di mana tahap pelaksanaan juga memiliki peran penting dalam kegagalan konstruksi dan lebih terfokus pada pihak pelaksana proyek atau kontraktor.

Selama tahap ini, faktor-faktor yang menjadi penyebab kegagalan konstruksi adalah metode pelaksanaan yang tidak tepat, penggunaan material yang tidak sesuai dengan standar dalam kontrak dan rencana, kurangnya keahlian dan pengalaman tenaga kerja, penggunaan peralatan yang kurang efektif, serta kurang baiknya pengawasan dan manajemen proyek.

4. Kesalahan dalam Pengawasan

Saat melakukan pembangunan, penting bagi pekerja untuk tidak dibiarkan tanpa pengawasan, melainkan harus didampingi oleh seorang pengawas. Tujuannya agar pembangunan berlangsung sesuai dengan rencana awal dan mencegah terjadinya kegagalan struktur bangunan.

Tanpa pengawasan yang baik, maka potensi kegagalan struktur bangunan akan meningkat. Sehingga mengakibatkan kerugian yang besar.

Faktor yang menyebabkan kegagalan konstruksi dalam tahap pengawasan meliputi pengawasan yang tidak mematuhi prosedur yang telah ditetapkan, persetujuan proposal pembangunan yang kurang terperinci dan tidak sesuai, serta persetujuan terhadap gambar rencana tanpa mempertimbangkan perhitungan teknis terlebih dahulu.

5. Kesalahan Operasional

Dalam tahap ini, kesalahan lebih sering terjadi pada pihak yang menggunakan atau memiliki bangunan dalam hal penggunaan dan pengoperasian produk konstruksi. Hal ini terjadi ketika pemilik bangunan melakukan perubahan atau pergantian fungsi dari tujuan awal bangunan tersebut dibangun.

Misalnya, sebuah gedung yang semula direncanakan untuk kantor ternyata malah diubah menjadi gudang, atau meningkatkan jumlah lantai dari yang awalnya hanya satu lantai. Atau bisa juga gedung yang dibangun akhirnya tidak digunakan sama sekali.

Perubahan fungsi yang menyimpang dari rencana awal inilah yang bisa menyebabkan kegagalan bangunan, baik secara fisik maupun non fisik.

6. Perawatan atau Maintenance

Perawatan atau Maintenance
Perawatan atau Maintenance

Merawat bangunan secara teratur adalah kunci penting untuk memperpanjang umur bangunan. Dengan melakukan perawatan secara berkala, bangunan dapat bertahan dan dapat dipakai lebih lama.

Sebaliknya, jika perawatan diabaikan atau bahkan tidak dilakukan sama sekali, potensi kegagalan bangunan akan lebih besar. Perawatan bangunan tidak hanya tentang menjaga penampilan visualnya saja, tetapi juga tentang menjaga fungsionalitasnya.

Tak hanya itu, perawatan juga penting untuk mendeteksi kerusakan fisik dan infrastruktur bangunan. Dengan mengetahui kerusakan secara dini, kita bisa segera melakukan perbaikan untuk mencegah kerusakan yang lebih parah dan pembengkakan biaya.

7. Umur Bangunan

Faktor ini juga memainkan peran penting dalam kegagalan konstruksi. Jika umur bangunan melebihi yang direncanakan, bisa menyebabkan kegagalan sebab kekuatan bangunan akan menurun seiring waktu.

8. Manfaat dan Dampak

Dalam konteks ini, manfaat lebih merujuk pada dampak yang dirasakan terhadap produk konstruksi yang telah selesai dibuat, dioperasikan, dan digunakan. Kegagalan konstruksi ini bukan hanya tentang masalah fisik semata. Tapi juga dilihat dari segi manfaat setelah beroperasi.

Terkadang, meskipun bangunan dibuat sudah sesuai dengan spesifikasi dan berfungsi seperti yang sudah direncanakan, tapi tetap saja bisa berdampak negatif bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Seperti pencemaran lingkungan, kerusakan vegetasi, atau kesenjangan sosial.

9. Disaster atau Bencana

Disaster atau Bencana
Disaster atau Bencana

Faktor ini adalah faktor eksternal yang terjadi di luar perkiraan dan kendali manusia, serta sulit diprediksi dengan tepat. Faktor bencana sangat serius dalam menyebabkan kegagalan konstruksi. Bencana bisa berasal dari alam maupun tindakan manusia. Seperti gempa bumi, banjir, tsunami, longsor, angin topan, kebakaran, ledakan, dan lain sebagainya.

Maka dari itu, untuk mengurangi risiko yang timbul akibat faktor ini, banyak pemilik bangunan yang memilih untuk memindahkan risiko tersebut kepada pihak ketiga, seperti perusahaan asuransi.

Dengan penjelasan mengenai faktor-faktor tersebut, jelas terlihat bahwa semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan konstruksi, termasuk pemilik proyek, konsultan, dan pelaksana harus memiliki banyak pemahaman. Dengan pemahaman dan tanggung jawab yang tinggi, maka kemungkinan terjadinya kasus-kasus kegagalan konstruksi yang berpotensi menimbulkan kerugian material dan non material di masa mendatang dapat dikurangi, khususnya di Indonesia.

Semoga bermanfaat!

Just an ordinary people.