...
Arsitektur Indis_ Arsitektur Zaman Kolonial, Penanda Status Sosial
Arsitektur Indis_ Arsitektur Zaman Kolonial, Penanda Status Sosial

Arsitektur Indis: Arsitektur Zaman Kolonial, Penanda Status Sosial

Bangunan tua zaman penjajahan memang mempunyai reputasi sebagai tempat yang asri dan enak untuk ditempati. Makanya, cocok sekali untuk daerah tropis seperti Indonesia. Salah satu yang paling terkenal adalah bangunan dengan arsitektur Indis. Nah, apa sih arsitektur indis dan apa ciri khasnya? -MegaBaja.co.id

Mengenal Gaya Arsitektur Indis

Mengenal Gaya Arsitektur Indis
Mengenal Gaya Arsitektur Indis

Bagi orang yang suka atau kerap terlibat dalam dunia arsitektur, pastinya sudah familiar dengan gaya arsitektur Indis. Tapi, ada juga yang mungkin belum terlalu mengenal tentang gaya arsitektur kolonial ini.

Arsitektur Indis adalah hasil campuran antara gaya Eropa, khusunya Belanda dengan budaya lokal. Ini terjadi karena proses akulturasi yang panjang. Dalam perencanaan dan desainnya, bangunan Indis dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti faktor iklim lokal yang jelas berbeda dengan Belanda, status sosial, dan perpaduan antara bangunan Eropa dengan bangunan tradisional setempat.

Bangunan Indis mencerminkan gaya hidup sebagian kecil orang di Nusantara pada masa kolonial. Kejayaan arsitektur Indis bertahan sampai awal abad ke-20, ketika tidak hanya orang Belanda yang mendukungnya, tetapi juga golongan elit pribumi yang telah terlibat dalam budaya Indis. Gaya arsitektur yang menggabungkan elemen serta ornamen-ornamen bangunan Eropa dan lokal juga menjadi indikator status sosial pemilik rumah pada masa itu.

Perkembangan Gaya Arsitektur Indis

Ada empat periode perkembangan arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia (Hadinoto dalam Sukawi, 2009), yaitu:

Abad 16 – Tahun 1800an

Pada masa ketika Indonesia dikenal sebagai Netherland Indische di bawah kekuasaan VOC, bangunan perkotaan orang Belanda masih mengadopsi gaya Eropa. Bangunan-bangunan tersebut memiliki bentuk panjang dan sempit, atapnya curam, serta dinding depan bertingkat bergaya Belanda di ujung terasnya. Namun, saat itu bentuknya belum disesuaikan dengan lingkungan lokal atau iklim setempat.

Tahun 1800an – Tahun 1902

Pada periode ini muncul gaya arsitektur The Dutch Colonial Villa yang meurpakan hasil adaptasi bebas dari gaya Neo-Klasik yang saat itu sedang populer di Eropa, terutama Perancis. Kemudian gaya ini digambarkan dengan sentuhan lokal, iklim, dan bahan bangunan yang tersedia di wilayah yang pada saat itu bernama Hindia Belanda. Gaya ini dikenal sebagai Indische Architectuur atau rumah Ladhuis. Rumah ini menjadi tipe rumah umum di seluruh Hindia Belanda pada zaman itu.

Adapun, karakteristik dari tipe rumah ini adalah:

  • Denah rumahnya simetris dengan satu lantai, memiliki ruang terbuka, terdapat pilar-pilar yang terletak di serambi depan dan belakang (tempat makan), serta serambi tengah yang mengarah pada kamar -kamar.
  • Pilarnya bergaya Yunani dengan elemen menara yang menonjol di atas serambi depan dan belakang.
  • Atapnya berbentuk perisai.

Tahun 1902 – Tahun 1920

Pada masa ini, kelompok liberal Belanda mendorong adanya penerapan kebijakan politik etis di tanah jajahan mereka. Hal ini kemudian menyebabkan cepatnya pertumbuhan pemukiman orang Belanda di Indonesia. Arsitektur Indische terdesak lalu digantikan dengan standar arsitektur modern yang cenderung lebih mengikuti tren Belanda.

Tahun 1920 – Tahun 1940

Pada awal abad ke-20, para arsitek Belanda mulai mengadopsi pendekatan baru dalam rancangan arsitekturnya. Awalnya, pendekatan ini masih mempertahankan berbagai elemen dasar dari bentuk klasik. Tapi lama-kelamaan mulai memasukkan elemen yang dirancang khusus untuk mengatasi cuaca panas dan hujan lebat.

Selain elemen-elemen arsitektur tropis, mereka juga menambahkan unsur-unsur tradisional Indonesia. Sehingga, menciptakan konsep yang ekletik.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan arsitektur Indis di Indonesia dimulai sejak masa kekuasaan VOC. Pada awalnya, gaya arsitektur ini mengikuti pola tradisional Belanda. Namun seiring berjalannya waktu, gaya ini terus berkembang dengan menyesuaikan diri terhadap iklim tropis Indonesia. Selain itu, dimasukkan pula unsur-unsur arsitektur tradisional Indonesia ke dalam desainnya.

Karakteristik Gaya Arsitektur Indis

Seperti halnya gaya arsitektur lain, bangunan dengan gaya Indis juga memiliki karakteristik unik yang menjadi pembeda dari arsitektur lainnya. Beberapa ciri khas Indis menjadi faktor penting untuk kenyamanan penghuni di masa lampau.

Penggunaan Jendela Berlapis

Penggunaan Jendela Berlapis
Penggunaan Jendela Berlapis

Jendela pada bangunan Indis kerap dihiasi dengan detail berlapis yang menarik dan umumnya menggunakan model jalusi atau krepyak di bagian luar. Fungsi jendela ini tidak hanya sebagai ventilasi udara, tapi juga sebagai unsur dekoratif. Penggunaan kaca patri pada jendela juga mampu memberi sentuhan elegan dan memberi privasi kepada penghuni.

Berwarna Terang/Cerah

Faktor penting dalam merencanakan hunian atau bangunan dengan sentuhan arsitektur Indis adalah warna cat dinding. Biasanya, pemilihan warna cat jatuh pada warna-warna terang seperti putih dan krem.

Warna-warna yang cerah akan menciptakan kesan bersih dan terang pada bangunan secara keseluruhan. Selain memberikan tambahan nilai estetis, pemilihan warna tersebut juga bertujuan untuk mengurangi penyerapan panas dari sinar matahari.

Pintu dengan Jalusi dan Ventilasi

Karakteristik lain dari arsitektur Indis adalah penggunaan pintu dengan jalusi dan ventilasi. Pintu dalam gaya ini mengusung konsep desain jalusi yang tidak hanya memberikan unsur klasik, tetapi juga fungsi yang efektif. Di bagian atas pintunya ada lubang angin atau ventilasi kayu yang terhubung dengan kusen pintu. Jadi, aliran udara dipastikan baik serta mampu menciptakan karakteristik yang khas dari arsitektur Indis.

Atapnya Berbentuk Perisai Modern

Inspirasi atap bangunan Indis yaitu dari bentuk perisai yang mirip dengan rumah tradisional limasan Jawa. Desainnya ini menciptakan ruang antara atap dan langit-langit yang bisa menangkap udara panas dalam ruangan.

Atapnya Berbentuk Perisai Modern
Atapnya Berbentuk Perisai Modern

Tak hanya itu, ada juga parapet di sekitaran atapnya. Yang mana, ini tidak hanya menambah nilai estetika saja, tapi juga berfungsi untuk menyembunyikan peralatan serta memberikan perlindungan tambahan.

Dinding Tebal

Untuk yang masih terbuat dari batu bata asli, tebal rumah zaman kolonial sekitar 15 hingga 30 cm. Berkat ketebalannya ini, panas dari sinar matahari butuh waktu yang lama untuk menembus dinding dan memasuki ruangan.

Menggunakan Ubin Jenis PC dan Teraso

Umumnya, lantai rumah bergaya arsitektur Indis sering menggunakan teraso atau tegel karena kemampuannya dalam menyerap udara panas. Sehingga menjadikan ruangan terasa sejuk.

Langit-Langit Tinggi

Ciri khas rumah dengan gaya arsitektur Indis adalah langit-langitnya yang tinggi. Ini akan memberikan kesan luas pada ruangan tersebut, serta memperlancar sirkulasi udara di dalamnya.

Teras

Sebagai komponen penting dalam bangunan Indis, teras berperan sebagai jembatan antara dalam dan luar ruangan, serta berfungsi sebagai area pertukaran udara dan penghalang sinar matahari langsung. Desain estetika yang memikat dari teras ini menjadikannya sebagai tempat  bersantai yang menyenangkan untuk dinikmati.

Itulah informasi tentang gaya arsitektur Indis beserta karakteristiknya. Keindahan dan kenyamanan yang diperoleh dari bangunan bergaya Indis sangat bergantung pada proses perencanaan yang teliti. Hal ini akan membantu menciptakan bangunan Indis yang nyaman di iklim tropis seperti Indonesia. Dan kenali juga arsitektur lainya tentang Arsitektur Hacienda: Pengertian, Karakteristik dan Jenisnya disini.

Tentu saja proses perencanaan ini ditangani oleh yang ahli di bidang desain dan perencanaan. Karena hanya dengan bantuan mereka bangunan dengan gaya Indis dapat direalisasikan dengan efektif. Semoga artikel ini bermanfaat.

Just an ordinary people.