Apakah kamu pernah melihat bagian dari sebuah bangunan yang tampak menonjol? Bagian tersebut dikenal sebagai cornice. Elemen arsitektural ini tidak hanya berfungsi sebagai penambah estetika, tetapi juga memiliki peran penting lainnya baik di luar maupun di dalam ruangan. -MegaBaja.co.id
Di Indonesia, banyak orang sering menyebut cornice dengan istilah “lis,” yang biasanya merujuk pada bagian berukir di sepanjang pertemuan antara dinding dan plafon. Namun, dalam dunia arsitektur, istilah “cornice” dianggap lebih tepat untuk menggambarkan elemen ini. Para ahli arsitektur sering kali menggunakan istilah ini untuk merujuk pada lis plafon yang memiliki fungsi dan keindahan yang lebih kompleks.
Cornice, dalam konteks arsitektur, merupakan elemen yang menonjol secara horizontal dan biasanya terletak di bagian atas dinding, atap, atau langit-langit bangunan. Elemen ini biasanya terbuat dari material yang sama dengan dinding dan sering kali dihiasi dengan berbagai ornamen atau profil yang artistik.
Asal-Usul Cornice
Kata cornice adalah istilah yang memiliki akar dari Bahasa Italia, dan berasal dari Bahasa Latin cornix serta Bahasa Yunani koronis. Secara harfiah artinya adalah “mahkota” atau “objek yang berlekuk”.
Istilah ini awalnya mengacu pada elemen arsitektur yang berbentuk mahkota atau bingkai yang memperindah bangunan.
Seiring waktu, makna kata cornice meluas dan mencakup berbagai bentuk bingkai, lis, atau tepi pada arsitektur. Pada abad ke-19, cornice menjadi sangat populer di Eropa, terutama pada bangunan klasik yang sering dihiasi dengan ukiran-ukiran rumit pada permukaannya. Cornice menjadi simbol kemewahan dan status sosial, serta menjadi salah satu indikator utama dari kemewahan dan kualitas desain suatu bangunan.
Pada awalnya, cornice dibuat dari bahan kayu yang diukir secara manual. Para pengrajin menggunakan berbagai alat seperti pahat, palu, dan pasak untuk menciptakan ornamen yang sangat detail dan artistik. Proses pembuatan cornice kayu memerlukan keterampilan tinggi dan waktu yang sangat lama, berbulan-bulan hingga tahunan. Keahlian dan waktu yang dibutuhkan menjadikan cornice sebagai elemen dekoratif yang sangat bernilai dan eksklusif.
Namun, seiring dengan perkembangan teknologi, terutama selama Revolusi Industri, metode produksi cornice mengalami transformasi besar. Penemuan teknik cetakan memungkinkan pembuatan cornice dengan cara yang lebih efisien dan massal. Beton mulai digunakan sebagai material alternatif yang lebih praktis untuk membuat cornice.
Teknik cetakan memungkinkan produksi dalam jumlah besar dengan waktu yang jauh lebih singkat dibandingkan dengan pembuatan manual. Inovasi ini membuat cornice menjadi lebih terjangkau dan dapat diakses oleh lebih banyak orang. Ini menjadikan cornice sebagai salah satu elemen dekoratif yang umum ditemukan dalam berbagai jenis bangunan.
Fungsi Cornice pada Eksterior
Pada bagian eksterior rumah, selain sebagai elemen estetis, cornice berfungsi sebagai pelindung dinding dari air hujan. Dengan cara ini, cornice membantu mencegah air hujan langsung mengenai dinding. Keberadaan air hujan dapat mengakibatkan perubahan warna atau kerusakan pada batu alam atau material bangunan lainnya.
Cornice hadir dalam berbagai bentuk dan desain, menyesuaikan dengan gaya fasad bangunan yang berbeda. Misalnya, pada bangunan bergaya klasik, cornice sering kali dihiasi dengan ukiran yang rumit dan detail, menambah kesan megah dan bersejarah. Sementara itu, pada bangunan modern, cornice bisa dirancang dengan bentuk yang lebih sederhana dan bersih, sesuai dengan estetika minimalis.
Fungsi Cornice pada Interior
Seiring dengan evolusi desain interior, penggunaan cornice tidak hanya terbatas pada bagian luar bangunan. Cornice juga mulai diterapkan pada interior ruangan, dengan penempatan yang sangat khas. Di dalam ruangan, cornice umumnya dipasang di sepanjang sudut pertemuan antara dinding dan plafon. Letaknya yang strategis ini tidak hanya menambah keindahan visual, tetapi juga memberikan kesan keteraturan dan keutuhan pada desain ruangan.
Selain itu, cornice juga dapat ditemukan di area atas jendela atau pintu. Fungsinya sebagai elemen dekoratif tambahan yang mempertegas bingkai jendela atau pintu. Cornice plafon sering kali dicat dengan warna yang senada dengan plafon, bukan dengan warna dinding. Hal ini menciptakan kesan bahwa cornice adalah bagian integral dari plafon, meskipun secara teknis strukturnya terpasang di dinding.
Pada umumnya, cornice plafon didesain dengan bentuk yang simpel, namun tersedia dalam berbagai variasi untuk menyesuaikan dengan desain ruangan yang berbeda. Selain sebagai elemen dekoratif, cornice plafon juga berfungsi praktis. Misalnya, cornice ini dapat digunakan sebagai jalur untuk menyembunyikan kabel lampu, menjaga agar tampilan lampu dan kabel tetap rapi dan teratur.
Di sisi lain, cornice yang dipasang di atas jendela atau pintu sering kali dirancang untuk menyimpan sistem tirai dengan cara yang rapi. Tidak hanya memberikan tampilan yang lebih teratur dari luar, tetapi juga membantu menjaga agar tirai tetap dalam kondisi baik tanpa terlihat berantakan.
Jenis-Jenis Cornice Berdasarkan Material
Material yang digunakan dalam pembuatan cornice sangat memengaruhi baik tampilan estetika maupun daya tahannya. Berikut adalah berbagai jenis material yang umum digunakan untuk membuat cornice:
1. Kayu
Sebagai material tradisional yang telah lama digunakan dalam pembuatan cornice, kayu memberikan kesan hangat dan klasik. Material ini sangat cocok untuk bangunan bergaya tradisional atau historis. Salah satu keunggulan kayu adalah kemampuannya untuk diukir dengan detail yang sangat rumit, memungkinkan pembuatan ornamen yang kaya dan artistik.
Misalnya, pada rumah-rumah bergaya Victoria, sering ditemukan cornice kayu yang dihiasi dengan motif bunga atau pola ukiran yang indah. Kelemahan dari cornice kayu adalah kecenderungannya untuk terpengaruh oleh perubahan cuaca dan kelembaban. Pada akhirnya, cornice dapat mengalami pembusukan atau kerusakan jika tidak dirawat dengan baik.
2. Batu
Cornice yang terbuat dari batu, seperti granit, marmer, dan batu kapur, menawarkan kesan kokoh, mewah, dan tahan lama. Material ini sering dipilih untuk bangunan yang menginginkan tampilan elegan dan berkelas. Misalnya, pada banyak bangunan klasik di Eropa, cornice dari batu marmer memberikan kesan megah dan abadi.
Batu alam tidak hanya tahan lama tetapi juga dapat menambahkan nilai estetika yang tinggi pada sebuah bangunan. Namun, cornice batu umumnya memerlukan proses pemasangan yang lebih rumit dan mahal dibandingkan dengan material lainnya.
3. Seng
Material satu ini dikenal karena ringan, tahan lama, dan mudah dibentuk. Cornice dari seng sering digunakan pada bangunan modern dan minimalis karena kemampuannya untuk disesuaikan dengan desain yang lebih kontemporer. Seng dapat dicetak dalam berbagai bentuk geometris sederhana, yang sering terlihat pada arsitektur modern.
Contoh penggunaan cornice seng dapat ditemukan pada bangunan-bangunan dengan gaya arsitektur kontemporer, di mana desain yang bersih dan efisien sangat dihargai. Meskipun seng tahan lama, penting untuk memastikan bahwa ia dilapisi dengan pelindung anti-karat agar tidak mengalami korosi.
4. Gipsum
Untuk pembuatan cornice dengan detail yang rumit, gypsum bisa menjadi material yang ideal karena ringan dan mudah dibentuk. Cornice gypsum sering ditemukan pada bangunan yang mengusung gaya klasik dan modern. Dalam arsitektur neo-klasik, cornice gypsum dengan motif klasik sering digunakan untuk memberikan nuansa elegan dan terperinci pada langit-langit atau dinding.
Kelebihan utama dari gypsum adalah kemampuannya untuk dicetak dengan detail halus dan kecepatan produksi yang relatif cepat. Namun, gypsum bisa rentan terhadap kelembaban dan perlu perlindungan tambahan untuk mencegah kerusakan.
5. Polyester
Sebagai material sintetis yang ringan dan tahan lama, polyester juga tahan terhadap berbagai kondisi cuaca. Cornice polyester sering digunakan dalam desain bangunan modern dan minimalis karena kemampuannya untuk mempertahankan bentuknya dan tampil baik dalam berbagai kondisi.
Secara keseluruhan, cornice bukan hanya sekadar elemen dekoratif, tetapi juga memiliki berbagai fungsi praktis yang mendukung desain dan fungsionalitas sebuah bangunan. Baik di eksterior maupun interior, cornice dapat meningkatkan keindahan visual sambil memberikan solusi untuk kebutuhan praktis dan estetika dalam arsitektur.
Leave a Reply