Meningkatnya pembangunan di berbagai daerah di Indonesia berpengaruh pada tingginya permintaan bahan baku bangunan. Namun, di saat bersamaan, tidak dapat dipungkiri jika ketersediaan bahan baku terkadang mengalami krisis. Hal tersebut menuntut produsen untuk mencari bahan baku terbarukan sebagai pengganti material yang digunakan selama ini. -MegaBaja.co.id
Hadirnya fly ash dan bottom ash disebut sebagai salah satu inovasi yang saat ini mungkin belum diketahui banyak orang. Namun, memiliki peranan penting dalam material konstruksi yang kokoh dan ramah lingkungan.
Kedua bahan tersebut pada dasarnya limbah hasil pembakaran batu bara yang sudah dimanfaatkan untuk menggantikan semen portland pada beton. Fly ash dan bottom ash mengandung senyawa silika dan alumina yang mempunyai sifat pozzolanic.
Nah, kabar baiknya, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) sudah mengeluarkan limbah batu bara tersebut dari kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), lho! Hal ini tercantum dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan.
Wah, lantas, fly ash dan bottom ash itu apa, sih? Kenapa sampai disebut sebagai debu ajaib dalam dunia konstruksi? Simak sampai akhir karena semuanya akan terjawab pada artikel kali ini!
Apa Itu Fly Ash dan Bottom Ash?
Fly ash adalah bahan sisa atau limbah padat yang dihasilkan dari pembakaran batu bara pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Ketika batu bara dibakar, residu halus berupa abu terbang atau fly ash terangkat dan dibawa oleh aliran gas keluar dari tungku pembakaran.
Jadi, fly ash adalah partikel-partikel ringan yang melayang di udara dan dapat ditangkap atau diambil dari gas buang.
Sedangkan bottom ash adalah bahan yang diperoleh dari residu padat yang tersisa setelah pembakaran batu bara dalam tungku pembakaran. Berbeda dengan fly ash, bottom ash adalah sisa yang jatuh ke dasar tungku dan biasanya memiliki tekstur lebih kasar dan berat daripada fly ash. Dari perbedaan tersebut dapat disimpulkan bahwa bottom ash disebut juga sebagai abu yang terendapkan, dan fly ash disebut dengan abu terbang.
Meski FABA pada dasarnya adalah limbah, namun berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan pada tanggal 2 Februari 2021, yang menetapkan Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) bukan lagi merupakan limbah Bahan Berbahaya dan beracun (B3) sehingga aman untuk digunakan.
Penggunaan Fly Ash dan Bottom Ash dalam Konstruksi
Fly ash dan bottom ash memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai campuran pembuatan material bangunan. Fly ash sendiri memiliki beragam manfaat terutama di bidang teknik sipil.
Penggunaan Fly Ash
Fly Ash Sebagai Bahan Pengganti Semen
Salah satu penggunaan utama fly ash adalah sebagai bahan tambahan dalam pembuatan beton. Fly ash dapat menggantikan sebagian semen dalam campuran beton dan mampu menghasilkan beton yang lebih kuat.
Peningkatan Kekuatan
Fly ash adalah bahan pozzolanik (mengandung senyawa silika atau silika alumina), yang berarti bahwa ketika dicampur dengan semen Portland, ia bisa bereaksi dengan produk hidrasi semen. Reaksi ini menghasilkan tambahan produk yang mengisi celah dan pori dalam matriks beton, sehingga akan menghasilkan beton yang lebih padat dan kuat.
Reduksi Limbah
PLTU dengan bahan bakar batu bara sering dijadikan kambing hitam karena memperparah kualitas udara akibat limbah pembakarannya. Namun, dengan adanya fly ash dalam konstruksi dapat membantu mengurangi jumlah limbah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir.
Nah, kamu sendiri apakah sudah mengetahui jika tindakan tersebut termasuk ke dalam kategori ramah lingkungan?
Konstruksi Berkelanjutan
Dengan penggunaan fly ash, kita dapat mendukung konsep konstruksi berkelanjutan dengan memanfaatkan bahan yang sebelumnya dianggap limbah. Hal ini jelas lebih baik jika dibandingkan dengan semen berbahan baku batu kapur dan tanah liat yang sering dianggap merusak lingkungan.
Penggunaan Bottom Ash
Bottom Ash untuk Material Konstruksi Bangunan
Tahukah kamu jika bottom ash dapat digunakan dalam material konstruksi bangunan? Bottom ash ternyata berperan sebagai bahan dasar dalam campuran beton, lho! Hal ini disinyalir bisa membantu mengurangi ketergantungan pada pasir alam dan memberikan alternatif yang lebih berkelanjutan untuk pembangunan.
Penggunaan dalam Aspal
Dalam penggunaan pembuatan aspal, bottom ash berperan sebagai filler. Fungsinya dapat meningkatkan stabilitas dan ketahanan aspal.
Bahan Pelapis Jalan
Sebagai bahan pelapis jalan, bottom ash dapat membantu mengurangi perembesan air hujan yang dapat mengangkat permukaan aspal dari permukaan tanah. Hal tersebut dipastikan dapat memperpanjang umur jalan.
Penggunaan Lainnya
Pemanfaatan bottom ash bisa diaplikasikan pada konstruksi lainnya. Seperti dalam industri bata, kemarik, bahkan industri paving. Ini menunjukkan jika bottom ash tidak hanya digunakan sebagai bahan dasar pembuatan beton, aspal, maupun lapisan dasar jalan.
Manfaat Fly Ash dan Bottom Ash dalam Konstruksi
Penggunaan FABA dalam konstruksi memang masih membutuhkan pengelolaan yang baik. Namun, di samping dapat menghasilkan produk sampingan dalam berbagai proses industri, fly ash dan bottom ash memiliki beberapa manfaat dalam penggunaannya di dunia konstruksi. Di antaranya:
Peningkatan Kekuatan dan Kinerja Beton
Fly ash dapat dijadikan subtitusi sebagai semen dalam campuran beton. Hal tersebut dapat membentuk daya tahan beton menjadi lebih kuat dan tahan terhadap retak. Fly ash bisa menjadi bahan yang sangat baik dalam konstruksi jembatan, bangunan bertingkat, dan infrastruktur lainnya.
Meningkatkan Ketahanan Kimia
Sulfat dan klorida merupakan senyawa kimia yang bisa menjadi masalah penting bagi kekuatan dan daya tahan struktur beton. Beton yang dibuat dengan semen campuran akan menghasilkan struktur lebih tahan lama meski terpapar larutan sulfat atau klorida.
Mengurangi Jejak Karbon dan Efisieni Energi
Pengaplikasian fly ash dalam beton mampu mengurangi kebutuhan akan sumber daya energi dalam produksi semen. Ini berarti lebih sedikit emisi karbon yang dihasilkan selama produksi. Langkah tersebut merupakan bentuk positif dalam upaya mengurangi jejak karbon insudtri konstruksi.
Keberlanjutan Lingkungan
Di dalam konstruksi, FABA membantu mengurangi penggunaan sumber daya alam. Terutama semen berbahan batu kapur dan tanah liat yang memiliki dampak lingkungan yang signifikan. FABA juga membantu mengurangi jumlah limbah yang masuk ke tempat pembuangan akhir di mana hal tersebut dapat berkontribusi pada pengurangan dampak lingkungan terutama udara.
Tantangan dalam Penggunaan Fly Ash dan Bottom Ash
Meskipun fly ash dan bottom ash memiliki manfaat yang signifikan, tetapi di dalam proses pengembangannya terdapat beberapa tantangan yang perlu diatasi. Hambatan tersebut seperti:
- Kualitas variabel; di mana kualitas fly ash dan bottom ash dapat bervariasi tergantung dari mana batu bara tersebut berasal, sehingga penting untuk kita memeriksa kualitas bahan hasil pembakaran sebelum digunakan dalam konstruksi.
- Regulasi lingkungan; mengenai penggunaan fly ash dan bottom ash sebagai limbah sangat terkait dengan peraturan serta isu lingkungan yang ketat. Terutama dalam pemanfaatan limbah sebagai bahan baku dan pembuangan.
- Penyimpanan yang aman; untuk menghindari pencemaran lingkungan, karena pada dasarnya, fly ash dan bottom ash merupakan limbah hasil pembakaran batu bara. Perlu untuk memastikan bahwa fly ash dan bottom ash tidak tercampur pada air yang mengalir. Mengingat bahan ini sempat masuk kedalam golongan Bahan Berbahaya dan beracun (B3).
- Penerimaan industri; yang mungkin memerlukan edukasi lebih lanjut tentang manfaat dan penggunaan yang tepat dari fly ash dan bottom ash sebagai material konstruksi.
Fly ash dan bottom ash adalah dua bahan sisa dari pembakaran batu bara yang memiliki potensi besar dalam dunia konstruksi. Penggunaannya tidak hanya mengurangi dampak lingkungan yang dihasilkan, tetapi juga digunakan sebagai bahan baku untuk meningkatkan kualitas konstruksi. Terlebih untuk bahan baku pembuatan beton dan jalan.
Meski demikian, tantangan seperti peraturan lingkungan dan regulasi perlu diatasi untuk memaksimalkan manfaat dari “debu ajaib” ini. Kita perlu memberikan edukasi lebih, mengingat isu lingkungan yang selama ini muncul pada penggunaan batu bara sebagai bahan bakar PLTU. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang penggunaan FABA, kita dapat bergerak menuju konstruksi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Leave a Reply